JIKA ENGKAU TELAH MENJATUHKAN PILIHAN
oleh : Aka Alfathoni, SH, MH (Artikel Motivasi bagi seorang Muslim)
MAWIISLAMMOTIVASISANTRIPRIBADI MUSLIMNASEHATJALAN HIDUP
mawinews
1/1/20234 min read
Bila engkau telah menjatuhkan pilihan menjadi من عبادالله المتّقين , menjadi hamba Allah yang bertaqwa, ingat, itu merupakan tekad dan pilihan hidupmu! Konsekuensi yang layak bagimu kemudian, secara permanen engkau mesti berusaha sungguh-sungguh menjadi hamba Allah yang berusaha merealisasikan ibadah berdasarkan taqwa untuk masa-masa sekarang dan mendatang, terus berlanjut sampai akhir hayatmu. Selalu berusaha menyegarkan semangat merealisasikan sesuatu yang sungguh sangat-sangat berharga bagimu, hingga tidak mudah lesu dan berhenti berusaha. Permanenkan kesadaran bahwa engkau menjadi hambaNya, tidak hanya untuk saat sekarang, tidak hanya nanti dan esok. Tidak hanya kadang-kadang, tetapi untuk kapan dan di mana saja terus berkelanjutan sampai akhir hidupmu.
Buktikan dengan amal nyata. Berusahalah secara kontinue mengisi waktu demi waktu dalam hidupmu dengan ibadah berdasarkan taqwa. Yaitu ibadah yang kau lakukan berdasarkan niat taat pada perintahNya. Tentu dibarengi amal ibadah batin seperti sabar, tawakkal, bersyukur dan sebagainya. Berusaha memperbaiki akhlaq kepada Allah, kemudian kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam dan akhlaq terhadap semua makhluk pun menjadi bagian dari ibadahmu. Dalam hal ini arti ibadah sangat-sangat luas. Tidak terbatas pada ibadah mahdlah, ibadah di masjid, dan rukun Islam yang berorientasi ukhrawi. Tetapi meliputi kerja efektif-produktif apa saja yang bermanfaat di dunia sampai akhirat. Termasuk mencari nafkah, bertani, berdagang, memberdayakan kemampuan dan keahlianmu, olah raga, dan lain sebagainya, sampai dengan perbuatan yang tampak kecil seperti menyingkirkan duri dari jalan dan bersikap ramah secara ikhlas kepada sesama. Semua itu, sepanjang disukai dan diridlai Allah, bila kau niatkan untuk ibadah kepadaNya, maka semua itu menjadi amal ibadah. Akan lebih sempurna bila amal ibadahmu kau awali dengan membaca basmalah.
Hidup dalam taqwa, beribadah dengan cara demikian, mestinya menjadi kejadian yang membahagiakan jiwamu menggembirakan dan sangat menghiburmu, menjadi modal dan bekal ibadah taqwa yang diterima oleh Allah di ahirat kelak. Yang demikian berlaku bagi setiap muslim dan Muslimah. Dengan rahmat dan hidayahNya, insya Allah engkau akan berhasil bisa mencapai keberuntungan menjadi من عباده المتّقين . Dengan izinNya, jika engkau berusaha terus menerus, penuh ikhlas, ridla dan suka hati, inya Allah engkau layak berkata: Meski hamba beribadah kepedaMu tanpa syarat ya Allah, karena beribadah kepadaMu merupakan sesuatu yang semestinya hamba lakukan, namun perkenankanlah hamba berharap dan memohon, Engkau masukkan hamba ke dalam golongan orang-orang bertaqwa yang bagi mereka disediakan surgaMu. Sesuai dengan firmanMu dalam sejumlah ayat, antara lain:
وجنّة عرضها السّماوات والارض اُعِدَّتْ للمتّقين – ال عمران :133“
"dan ke surga, yang lebarnya seluas langit dan bumi, disediakan untuk orang-orang yang taqwa”.
Kemudian dalam QS al-Mâidah: 27 terdapat penggalan ayat: انّما يتقبّل الله من المتّقين (Berkata Habil: “Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa”). Kalau “korban” di sini dapat mewakili seluruh ibadah, maka bisa dibangun pengertian: syarat bagi diterimanya amal ibadah oleh Allah, hanya bila amal itu dilakukan oleh orang yang bertaqwa. Taqwa tidak bisa dipisahkan dengan iman. Jadi iman dan taqwa adalah syarat bagi diterimanya amal ibadah. Betapa banyak perbuatan baik dilakukan oleh seseorang (Abu Thalib misalnya, atau orang-orang non muslim lain di zaman dulu dan sekarang), tanpa iman dan taqwa, perbuatan baiknya tidak pernah bisa diterima sebagai amal ibadah. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa isi dan inti dari agama Islam yang kita peluk ini tidak lain: iman dan taqwa. Maka hidup dalam taqwa, layak dan semestinya menjadi pilihan hidup kita. Berusahalah Engkau menjadi hamba Allah yang lestari bertaqwa kepadaNya dengan beusaha mengamalkan perintah Allah:
قل اِنّ صلاتى ونسكى ومحياي ومماتى لله ربّ العالمين – الاَنعام : 162
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semuanya bagi Allah, Tuhan semesta alam”.
Jadi, beribadah kepada Allah adalah pekerjaan dan kerja pokokmu. Karena Engkau telah memilih dan bertekad menjadi hambaNya (عبده) yang baik di masa-masa sekarang (bahkan sejak waktu-waktu sebelumnya) dan seterusnya sampai hidupmu berakhir. Dan yang paling perlu mendapat perhatianmu, realita sekarang ini. Ibadah yang dimaksud ialah ibadah berdasarkan taqwa yang dilakukan berdasarkan niat taat dan mentaati perintah Allah, termasuk perintah untuk tidak melakukan serta menjauhi laranganNya. Termasuk melakukan perintah berupa anjuran (amal-amal sunnah, meskitidak seluruhnya). Ibadah pun mencakup arti yang sangat luas. Meliputi seluruh aktivitas lahir-batin yang disukai dan diridlai oleh Allah SWT.
Tidak rugi kita all out berusaha dan berjuang sungguh-sungguh untuk itu. Maka jangan kau sia-siakan waktu berlalu tanpa ibadah berdasarkan taqwa, niat melaksanakan perintah Allah, termasuk perintah untuk senantiasa meninggalkan laranganNya, dan termasuk perintah yang berupa anjuran (amal-amal sunnah), meski tidak seluruhnya. Perbuatan baik apa saja tidak ada yang sia-sia jika kau niatkan ibadah. Semua akan menjadi tabungan akhirat kelak
وما تقدّموا لِاَنفسكم من خير تجدوه عندالله – البقرة : 110 .
Satu hal yang tidak boleh kau lupakan, bila melakukan perbuatan baik yang disukai dan diridlai Allah, besar atau kecil, engkau mesti meniatkannya sebagai ibadah, hingga perbuatan itu bernilai ibadah. Berkenaan dengan syarat diterimanya amal baik sebagai amal ibadah, terdapat tiga hadits sahih:
اِنّماالاعمال بالنّيّات الحديث – رواه البخارىّ ومسلم عن عمربن الخطّاب رضى الله عنه
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya”, dan seterusnya.
من عمل عملا ليس عليه امرنا فهو ردٌّ - رواه مسلم عن عائشة رضى الله عنها
“Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami/Rasulullah (berdasarkan taqwa atau syari’at Islam), maka amalan itu tertolak”
من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو ردٌ – رواه البخارىّ ومسلم عن عائشة رضى الله عنها
“Barang siapa mengada-ada dalam urusan (syari’ah) kami ini, sesuatu yang bukan berasal darinya, maka ia tertolak”.
Hadits riwayat Umar ibn al-Khaththâb dan ‘Aisyah di atas, menjadi landasan amalan batin dan amalan zhahir yang nampak dalam amal ‘ubûdiyyah. Bila landasan itu tidak diterapkan, maka amal itu tidak diterima. Misal ada muslim atau muslimah yang ber-niat sangat ikhlas melakukan shalat, 100 % lillâhi ta’âlâ, hanya mencari ridla Allah. Tetapi shalatnya ngawur, tidak mengikuti sunnah Rasul shallallâhu ‘alaihi wasallam, tidak pakai ruku’, langsung sujûd. Atau sebaliknya shalatnya benar, sangat bagus, tapi niatnya untuk pamer supaya dipuji orang banyak. Atau niat shalatnya tidak jelas, apa-kah shalatnya shalat zhuhur, ‘ashar, maghrib, ‘isya, shubuh atau shalat sunnah, maka berdasarkan hadits-hadits di atas, shalat itu tidak diterima.
Jadi niat ibadah, sebagai langkah awal yang urgen, harus ada dan seyogyanya diusahakan jelas. Lebih jelas lebih baik, meski niat itu berpusat dalam hati. Kemudian pelaksanaan dan caranya harus berdasarkan perintah. Yaitu perintah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam yang pasti bersumber dari Allah subhânahû wa ta’âlâ, atau perintah dari Allah langsung. Dalam hal ini, perintah mencakup perintah untuk tidak melakukan larangan. Meliputi juga perintah yang berupa anjuran (amal-amal sunnah). Perintah itu juga banyak yang tidak menggunakan kalimat perintah, seperti perintah untuk menunaikan puasa wajib ( كتب عليكم الصيام ... البقرة : 183 ).
(Aka Al Fatony, S.H.,M.H. Bin Ahmad Janan Asifudin)
Contacts
admin@mawikebarongan.com
(0282) 5291155